Minggu, 28 Juli 2019
Innalillah...FPI Terancam Punah. Siap-siap Tahlil...
Perang tagar semakin sengit bersamaan dengan perang kenyataan. Apakah FPI dibubarkan saja atau tetap eksis dengan gayanya tersebut?
Pemirsa takkan pernah lupa sosok Munarman (Pentolan FPI) yang pernah di suatu acara TV swasta menyiram lawan debatnya dengan air. Untungnya bukan teh panas yang masih mendidih. Coba kalau kopi panas, bisa gawat tuh wajah bapak ahli sosiolgi yang sudah tua itu.
Lalu, bagaimana dengan anggota lainnya? Bukankah para anggotanya hanyalah pengikut setia? Apa saj a yang dilakukan oleh pimpinannya tentu semuanya dibenarkan. Kata orang "Maha benar FPI dengan segala tingkah laku junjungannya"
Mungkin juga sebagian besar rakyat Indonesia bertanya-tanya, "Apa sih yang sudah dilakukan Rizieq Shihab untuk bangsa ini, sehingga dengan itu, rakyat tidak perlu bereaksi agar minta dibubarkan? "
Yang sudah kita saksikan, meskipun sudah kerja keras dan giatnya para pasukan cybernya memoles FPI dan Imamnya, masyarakat juga tak akan bisa melupakan ceramah-ceramah yang begitu keras dan diantaranya ada beberapa kata-kata yang agak jorok sih.
Paling sering dulu kita saksikan adalah di Pilkada DKI 2017. Bayangkan, mana ada Nabi atau wali Allah yang begitu leluasa mengeluarkan kata-kata "Kutil babi, goblok, kafir " dan lain-lain yang hanya menimbulkan perselisihan. Rizieq dalam beberapa orasi ceramahnya lebih terlihat aggresif nan bernafsu menyerang, dan seenaknya menuduh orang lain rendahan. Ini tidak ada dalam ajaran nabi.
Maka apa yang bisa dibanggakan dari FPI jika pemimpinnya saja saat ini masih tidak jelas. Kabur sendiri ke Saudi, dan minta dipulangkan. Urusan negara masih banyak yang penting daripada mengurus orang-orang seperti Rizieq ini.
Ada video ceramah Rizieq yang membahas tentang Firaun. Cerita ini hampir semua umat Islam tahu, bahkan anak-anak kecil pun tahu cerita Nabi Musa dengan Fir'aun. Namun, karena Rizieq berceramah dengan nada suara yang keras dan menggunakan teknik ceramah yang memadai, para pengikutnya dan beberapa hadirin merasa terpukau. Padahal temanya hanya itu-itu saja.
Fir'aun memang tokoh antagonis, dan orang bisa mencela-nya. Namun, daripada sibuk mencela dan mengangungkan kekuatan Allah yang sudah pasti luar biasa hebat, dan tidak perlu diperdebatkan, maka jauh lebih penting melihat diri sendiri. Apakah benar-benar yakin sifat-sifat Fir'aun itu sudah tidak ada dalam diri kita? Atau masih bersemayam dan belum mendapatkan kesempatan menjadi Raja?
Rizieq boleh ceramah dengan suara yang khas tentang kezoliman Fir'aun dan kehebatan Allah SWT lewat Nabi Musa. Tapi, bukan jaminan bahwa dia pun bisa seperti Musa. Bahkan malah bisa menjadi pengikut Fir'aun. Jadi masalahnya adalah, apakah benar-benar jalan yang telah ditempuh sudah seperti yang diinginkan Allah SWT? Jangan-jangan semua sorban itu adalah topeng saja? Iya kan?
Jadi, semua kembali pada kerendahan hati sebagai makhluk ciptaan, sebagai manusia biasa. Meskipun mungkin ada garis keturunan yang mulia. Tapi tetap saja, ketakwaan lewat perbuatan dan kata-kata menjadi parameter kaum awam dalam melihatnya. Bahkan justru begitu berat tugas yang harus diemban sebagai keturunan Nabi. Pertama dia harus berusaha mengekang nafsunya dan kehendak hegemoninya atau egonya yang begitu buas.
Negara berhak menertibkan atau bahkan membubarkan ormas mana saja yang terbukti telah berbuat onar, mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat, dan apalagi, kalau ormas itu terbukti dengan kuat melecehkan Ideologi negara atau berusaha melawan Pancasila dengan segala kebodohan.
FPI bisa saja dibubarkan kalau melanggar. Bukan cuma FPI, ormas lain pun bisa dibubarkan. Dan tentu saja, ada proses hukum yang wajib ditempuh. Karena bagaimana pun, Indonesia adalah negara hukum. Tidak boleh suatu ormas berbuat seenaknya. Lihat saja HTI saat pembubarannya juga melalui proses hukum. Dan terbukti HTI tidak mengakui Pancasila. Jadi sangat jelas kan?
Selama ini, kalau kita memperhatikan dengan seksama. FPI hanya menjadi komoditas politik kepentingan kekuasaan. Ormas ini dengan seenaknya mencaplok nama umat Islam, atau mengatasnamakan umat Islam, mereka mengaku berjuang untuk umat Islam, tapi apa yang kita saksikan, mereka hanyalah gelandangan politik yang kini hidupnya makin galau pasca Prabowo bertemu dengan Jokowi.
FPI sudah merasa terancam punah. Namun suaranya masih nyaring di dunia maya, bukan dunia Fitzah, maka langkah-langkah apa yang akan dilakukan oleh FPI dalam bertahan jika hampir semua rakyat Indonesia muak dan tidak mau lagi mendengar ada ormas kayak FPI yang suka swiping-swiping dan demo?
Mungkin dalam 5 tahun ini, FPI seperti terkulai lemas dan nyaris tiada. Dan mungkin negara memberikan kesempatan agar FPI melihat ke dalam dirinya, sehingga kembali menata cara berpikirnya tentang Islam selama ini. Jika cara dakwahnya itu banyak menimbulkan kegaduhan, berarti harus tahu bahwa dirinyalah yang bersalah. Tidak boleh memaksakan orang lain sama dengan apa yang FPI mau. Bukankah agama ini tidak ada paksaan.
Lagian, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai penyampai risalah, urusan manusia itu mau berubah atau tidak adalah hak masing-masing, karena Allah telah membekali manusia dengan akal pikiran, sehingga kalau tidak digunakannya tentu akan sesat, dan masing-masing nanti dimintai pertanggungjawaban.
Jika FPI bergerak dengan mengandalkan dengkul atau emosi, yahh.. .kacaulah jadinya.
Begitulah dengkul yang tidak sama dengan akal pikiran.
Sumber: Seword.com
0 komentar:
Posting Komentar